

Sumber Gambar: pixabay.com
Oleh: Sonia Fitri
Pikiran random memenuhi kepala. Mereka datang begitu saja, enggan pergi, ketika pemikiran lainnya masuk berdesakan. Sesak di otak. Ruwet, kusut. Ide-ide yang berjejalan menuntut ingin disambut. Minta dieksekusi, meski proses produksi pastinya akan penuh upaya dan lagi-lagi menuntut eksistensi.
Alih-alih meraih hal-hal keren yang hanya datang sekali seumur hidup, kepanikan kerap kali mendorong kita untuk berlari-lari saja. Mengapa harus repot-repot berpikir, bertindak dan berupaya untuk membuat sebuah karya. Bukankah lebih mudah jika kita melepaskan diri dari berbagai rasa gelisah yang mengganggu, dengan rebahan dan menyimak ragam hiburan pada gawai?
Kerap kali kita meratapi kejayaan di masa lalu yang nyatanya sudah berlalu. Kita pernah ada di posisi serba terbatas dan sangat berjarak dengan gawai. Di masa itu, kita terlatih untuk berupaya dalam ambisi menunjukkan eksistensi dan kualitas diri. Hasilnya tak instan. Tapi waktu membuat kita belajar, bahwa ada sejarah hidup yang terukir dengan prestasi membanggakan.
Tapi sayangnya, masa itu sudah berlalu. Kita pernah merasa punya kemampuan dan kebanggaan atas ragam pencapaian di masa lalu. Atau jika pun tak pernah ada prestasi, kita selalu rindu dengan ketenangan dan kesenangan yang pernah merangkul masa muda.
Lantas kenapa saat ini, di usia yang semakin membanyak, di urusan yang semakin kompleks, di situasi serba akrab dan mudah pakai gawai, kita malah kerap kali terjerembab dalam rasa frustrasi dan kesepian?
Kenapa?
Ada banyak tutorial singkat, panduan cara instan, pun kata-kata motivasi yang berserakan. Tapi mengapa konten-konten aksesable itu tak cukup punya tenaga untuk jadi pecut diri. Justru, durasi rebahan semakin lama, untuk kemudian kita tergesa bangun dituntut kehidupan.
Kenapa?
Tak ada jawaban, karena itu nantinya hanya akan jadi renteten alasan dan pembenaran.
Kenapa?
Kita pun sudah tahu jawabannya.
Ada banyak alasan untuk tidak menyambut ide. Ada banyak pelarian agar tak repot hidup konsisten. Ada banyak pembenaran agar kita bisa menyalahkan orang, lalu bersembunyi lagi di balik zona nyaman.
Ketimbang bertanya kenapa, mari bergerak saja. Entah di hening dan senggang waktu, atau di waktu repot dan sibuk, yakinkanlah diri detik demi detik, untuk bergerak mengeksekusi ide. Untuk bertindak dan menyelesaikan yang sudah telanjur dimulai. Jangan berlari lagi, tapi hadapi saja. Siapa tahu, langkah benarmu hari ini akan membuatmu luput dari jurang frustrasi di masa tua nanti.
Dan yang terpenting, jangan lupa berdoa, minta penjagaan yang sempurna, dari Ia yang Maha Kuasa.


